Iklan

Banner 728x90px

KERENDAHAN HATI




Satu saat dalam sebuah reunian SMA, ada salah seorang membawa kendaraan bagus hargannya ratusan juta, kemudian salah seorang dari mereka bertanya kepadanya,” Naik apa kesini?’’ “ah, saya naik angkot saja ,” Jawabnya. Padahal semua orang tahu kalau dia itu naik mobil yang mahal harganya. Maka orang itu bukan rendah hati melainkan kesombongan yang dibungkus oleh kata-kata merendah diri. Alias merendah untuk meninggi.

Rendah hati bukan merendah-rendahkan diri tapi menyembunyikan kesombongannya. Rendah hati bukan tersirat dari kata-kata yang terucap melainkan dari hati yang merendah. Hati yang merendah adalah hati yang bening dari kesombongan dan keangkuhan.

Orang yang rendah hati adalah orang yang tahu bahwa dirinya mampu dan tahu bahwa dirinya tidak mampu. Orang rendah hati adalah orang yang tahu diri. Tahu diri atas keterbatasan dalam dirinya. Maka ia akan senang—menghargai pendapat orang lain meskipun yang menyampaikan hanya seorang pengembala. Karena tahu diri maka ia akan terus belajar mengasah diri di Universitas kehidupan agar lulus menjadi insan sempurna paripurna, yang mampu menemukan kesejatian diri.

Orang yang rendah hati adalah orang yang mampu menyadari kesalahan dirinya hingga mudah meminta maaf. Ia mampu mengontrol dirinya untuk tidak ego hanya ingin menang sendiri. Ia mampu jujur mengakui kelebihan orang lain yang tidak ada dalam dirinya. Ia tak akan mencampuri urusan yang ia tidak pahami.

Orang yang rendah hati, hatinya mengarah ke bumi, yang berarti santun, layaknya bumi memberikan ruang bagi siapapun untuk berpijak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan.

Rendah hati bukan rendah diri, atau berpura-pura rendah hati. Rendah hati datangnya dari hati yang jernih dan ketulusan. Rendah hati bukanlah sedang menunjukan kelemahan diri melainkan mampu menunjukan dirinya untuk berada diposisi sesuai dengan kemampuan dirinya. Seperti terurai dalam puisi ‘Kerendahan Hati” karya Taufik Ismail.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit.
Jadilah belukat, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, Jadi saja rumput, tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya, Jadilah saja jalan kecil, Tetapi jalan setapak yang Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten, tentu ada awak kapalnya....
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu....Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

*Pemerhati Sosial, Agama dan Advokat, Kabid Agama dan Kerohanian MPW Pemuda Pancasila Jawa Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar