Calon pemimpin di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur terus disorot publik. Selain empat nama yang sudah disebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Bambang Brodjonegoro, Tumiyana, dan Abdullah Azwar Anas, muncul nama-nama lain. Seperti Tri Rismaharini, atau yang terbaru Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Pria yang akrab disapa Kang Emil ini mendapat dukungan dari kaum pelajar dan mahasiswa yang tergabung di Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SAPMA PP).
“Jika pernyataan Presiden Jokowi dikerucutkan, kami mendukung Ridwan Kamil sebagai Kepala Otorita IKN Nusantara. Selain berpengalaman sebagai kepala daerah, dia juga menjadi insinyur,” kata Willy Danandityo, Sekjen SAPMA PP, Kamis (27/1/2022).
Menurut Willy, sosok Ridwan Kamil mampu mengemban amanah sebagai Kepala Otorita IKN Nusantara.
Hal ini seiring dengan kriteria dari Presiden RI Joko Widodo, bahwa sosok Kepala Otorita harus berpengalaman sebagai kepala daerah dan berlatar belakang pendidikan insinyur.
Menurutnya, figur kepala daerah berlatar belakang insinyur diyakini mampu menjawab tantangan untuk membangun IKN Nusantara menjadi wilayah yang cerdas, hijau, berkelanjutan, modern dan berstandar internasional, sehingga bisa mejadi identitas bangsa.
Dengan begitu, IKN mampu menjadi dorongan besar dalam strategi pemulihan ekonomi nasional, pusat keuangan regional serta pusat inovasi kemajuan teknologi anak bangsa.
“Insinyur dinilai lebih mampu menghadirkan paradigma baru pembangunan nasional yang dapat diterapkan dalam pembangunan IKN Nusantara sebagai kota dunia dalam pusat pengembangan inovasi dan teknologi serta simbol negara maju,” ucap Willy.
Diketahui, bursa calon Kepala Otorita IKN Nusantara diramaikan oleh sejumlah nama. Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo mengungkap kriteria Kepala Otorita yang ia inginkan, yakni pernah memimpin daerah dan berlatar belakang arsitek.
“Paling tidak pernah memimpin daerah dan punya background arsitek,” kata Jokowi.
Sementara itu Ridwan Kamil enggan berkomentar banyak dan berandai-andai. Dia menyebut, kepala daerah yang berlatar belakang arsitek tidak hanya dirinya, tapi ada juga kepala daerah lain yang memiliki disiplin ilmu serupa.
“Kriteria kepala daerah arsitek kan enggak hanya saya, tapi siapa pun yang terpilih, harus maksimal membangun Ibu Kota yang diputuskan pindah ke Kalimantan. Jadi saya tidak mau gede rasa, tidak mau berandai-andai, takut salah,” ujar Ridwan Kamil.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengapresiasi keterbukaan Ridwan Kamil yang siap maju di Pilpres 2024. Jazilul mengungkapkan, PKB terbuka jika Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, berminat gabung PKB. "Terkait dengan PKB, monggo saja kalau Pak RK (Ridwan Kamil) mau masuk PKB," ujarnya
"PKB tidak menutup pintu, PKB terbuka asal visi dan misinya sama," imbuh Jazilul. Namun, Jazilul mengingatkan di saat yang sama, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimim Iskandar telah didorong oleh kader dan kiai untuk menjadi capres 2024. Menurut Jazilul, hal tersebut masih bisa dibicarakan dengan jajaran pengurus PKB. "Pada saat yang sama Gus Muhaimin sudah didorong oleh kader PKB, para alim, para kiai, untuk menjadi calon presiden."
"Tapi janur belum melengkung, silakan nanti dibicarakan bersama pengurus PKB jika nantinya Kang RK menjadi kader PKB," tuturnya.
Pilih yang Paling Pancasilais
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berniat masuk partai politik pada 2022. Keputusan ini sekaligus akan menguatkan rencananya maju dalam Pilpres 2024. Ridwan Kamil mengatakan hal ini, saat tampil di acara Future Leader yang digelar Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (2/12/2021). Saat itu, dia menjawab pertanyaan mengenai kemungkinan mencalonkan diri dalam Pilpres 2024. Menurutnya, pilihan politiknya ke depan berlandaskan realita dan dua pilihan.
Pintu pertama adalah melanjutkan periode kedua sebagai Gubernur Jabar.
"Kalau saya pilih kiri, 2024 saya ikut Pilgub lagi."
"Atau pintu kedua, kepemimpinan nasional. Karena kan Pak Jokowi selesai dalam dua periode,” katanya.
Menurutnya, ia akan selalu mendapatkan pertanyaan terkait Pilpres 2024, karena publik bertanya siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan usai Jokowi. Maju dalam kontelasi nasional menurutnya membutuhkan tiga modal besar, yakni elektabilitas dan popularitas, logistik, dan partai, yang dalam sistem demokrasi menjadi kendaraan untuk maju.
“Dua modal itu saya belum punya. Duit tidak ada, partai juga belum."
"Yang saya miliki sekarang elektabilitas dan kesukaan,” bebernya.
Karena belum memiliki modal logistik dan berpartai, pria yang akrab disapa Kang Emil ini tengah meningkatkan kinerja. Jika upaya ini direspons partai politik dengan meminangnya untuk maju, Ridwan Kamil memastikan pihaknya tidak akan menolak.
"Tapi politik tahu diri itu, saya harus tahu diri, anda itu siapa?"
"Diusung partai belum pasti, kalau enggak, saya tahu diri."
"Kalau tidak ada partai, saya akan melanjutkan menjadi gubernur."
"Tapi kalau ada partai butuh tokoh elektabilitas yang lumayan, saya dihitung, saya bismillah,” bebernya.
Dibanding menunggu dipinang, Ridwan Kamil akhirnya memutuskan dirinya akan masuk partai politik pada tahun depan.
“Sudah saya putuskan, tahun depan saya akan masuk parpol."
"Warnanya yang mana, taplak ini, warna baju satpam, hijab merah, saya belum tahu."
"Yang pasti, yang paling Pancasilais, karena Pancasila itu nomor satu."
"Tidak boleh terlalu kiri, kanan, politik jalan tengah lah yang saya pilih,” akunya.
Menurutnya, posisi politik di tengah saat ini dibutuhkan untuk merangkul yang di kiri dan kanan. Di luar itu, Ridwan Kamil juga sudah mempelajari dua pilkada yang dia ikuti, untuk bisa memenangkan sebuah kontestasi.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar